Ini sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir.
Ditengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya.
Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi tanpa berkata-kata, dia menulis diatas pasir :
HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU
Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi.
Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan sahabatnya.
Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya hilang dia menulis disebuah batu :
HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU
Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya :
“Mengapa setelah saya melukai hatimu, kamu menulisnya diatas pasir,
dan sekarang kamu menulis diatas batu ?”
Temannya sambil tersenyum menjawab :
“ Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya diatas pasir,
agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan itu.
Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya diatas batu hati kita,
agar kebaikan tidak hilang tertiup angin. ”
Saya merasa sedih atas ketidakmampuan saya untuk tidak dapat memaafkan kesalahan orang yang begitu berbekas di hati.
Namun setelah mengikuti rekoleksi ini, saya mulai belajar untuk dapat memaafkan perbuatannya yang menyakitkan. meskipun begitu berat rasanya. I have to try :)
"If you forgive anyone his sins, they are forgiven; if you do not forgive them,
they are not forgiven."
they are not forgiven."
(John 20:23)
0 comments:
Post a Comment